KEMAMPUAN KAPASITAS ADSORSPI KABON AKTIF YANG DIMODIFIKASI DAN BELUM DIMODIFIKASI SEBAGAI MEDIA ADSORBEN LOGAM–LOGAM BERAT
Pencemaran
logam berat merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan
logam tersebut oleh manusia. Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal
dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi
dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari
hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri. Dalam neraca global,
sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah
akhir di laut.
Logam
berat dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana
logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja
sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus.
Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi,
mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui
kulit, pernapasan dan pencernaan. Logam berat jika sudah terserap ke dalam
tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga
nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu
lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat
maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan.
Beberapa
hasil penelitian kemampuan kapasitas adsorpsi Karbon Aktif yang telah
dimodifikasi dan tanpa modifikasi telah banyak dilakukan penelitian dan
ditindaklanjuti secara berkala. Logam-logam berat yang berpotensi berbahaya
bagi kelangsungan hidup, terutama manusia antara lain logam Fe, Cd, Pb, Cr, Cu,
Mg, Hg, Ag dan Ca. Logam-logam tersebut berada di dalam air dalam bentuk
ion-ionnya yang memiliki bilangan oksidasi berbeda-beda. Contohnya adalah logam
Fe (besi) yang memiliki bilangan oksidasi Fe2+ dan Fe3+,
logam Cr, Cr3+, dan Cr6+. Keberadaan ion logam-logam
tersebut tidak semuanya dapat teradsorp secara efektif oleh Karbon Aktif.
Seperti halnya ion logam Cr6+ akan dapat teradsorpsi oleh Karbon
Aktif, jika Karbon Aktif harus dilakukan modifikasi permukaannya dengan cara
diperlakukan khusus oleh bahan-bahan kimia tertentu.
Kasus
ini telah dilakukan penelitian modifikasi Karbon Aktif menggunakan surfaktan (Surfactan
Modified Activated Carbon/SMAC) untuk mengikat ion logam Cr6+.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa daya serap Karbon Aktif dari batubara
terhadap ion logam Hexavalent chromium (Cr6+) dapat
ditingkatkan menjadi 2 (dua) kali lipat melalui modifikasi dengan Cationic
surfactant (Ethylinediamine, EDA) yang selanjutnya disebut sebagai
SMAC (Surfactant Modified Activated Carbon). Kondisi tersebut dicapai pada konsentrasi
SMAC 5 gram per liter dapat menyerap polutan ionik yakni ion logam Hexavalent
chromium (Cr6+) dalam larutan encer (aqueous solution)
secara optimal terjadi pada kondisi pH 2 dan lama waktu kontak sekitar 2 jam.
Penyebab terjadinya peningkatan penyerapan Cr6+ sebagai akibat lebih
banyaknya kemasaman permukaan oksigen dan pengontrolan pH yang terjadi yang
diberikan oleh kelompok permukaan itu sendiri serta jenis dan spesialisasi Cr.
Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa Karbon Aktif dari sekam padi dengan menggunakan
larutan NaCl mampu meningkatkan kemampuan mengadsorpsi logam Cd dalam larutan. Karbon
Aktif setelah diaktivasi kemampuan mengadsoprsinya lebih tinggi 19,03%
dibandingkan dengan Karbon Aktif yang tanpa diaktivasi 6,82%. Selain itu juga, Karbon
Aktif dapat menyerap ion logam Hg dan Cu dari akar tanaman sawi hijau. Kemudian
dalam limbah cuci foto rontgen (limbah fixer) terkandung logam berat Fe
dalam jumlah di atas nilai standar mutu limbah cair. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kecepatan dan pengadukan dalam proses penyerapan logam
berat menggunakan arang aktif. Langkah pertama yang dilakukan dalam proses
adsorpsi adalah memasukkan limbah fixer 100 mL ke dalam erlenmeyer yang sudah
berisi 10 gram Arang Aktif. Kemudian erlenmeyer tersebut diaduk pada kecepatan
aduk 30 rpm. Campuran tersebut kemudian diaduk selama 15 menit, 30 menit dan 45
menit dan didiamkan selama 3 jam. Mengulangi langkah ini untuk kecepatan pengadukan
60, 90 dan 120 rpm. Setelah proses adsorpsi selesai, kemudian menganalisis banyaknya
logam Fe yang terserap dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
disesuaikan. Juga diulangi dengan adanya pemanasan. Semakin besar kecepatan pengadukan,
lama waktu kontak dan pemanasan yang digunakan semakin meningkat penurunan kadar
Fe karena proses penyerapan adsorbat oleh adsorben menjadi lebih baik. Penurunan
kadar Fe terbesar terlihat pada kecepatan pengadukan 90 rpm dan waktu aduk 60
menit di mana parameter Fe yang terkandung dalam sampel adalah 0,24 mg/L.